Sabtu, 11 Februari 2012

contoh MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK


MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK
Disusun untuk  memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika I
Dosen Pengampu: Lilik Ariyanto,S.pd








Disusun Oleh :
                           Muhammad Imam Tri H.                 ( 093102
                           Nurwitah Asmania                           ( 09310223 )
                           Rizki Pujiati                                      ( 093102



JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2010
KATA PENGANTAR
Puji sykur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya,sehingga tugas makalah tentang model pembelajaran realistik ini telah terselesaikan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak karena berkat dukungan dan bantuan berupa bantuan spiritual maupun material tugas ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini ucapan terimakasi kami sampaikan setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan sdari beberapa pihak selama proses  penyusunan tugas ini. Ucapan terimakasih kami persembahkan kepada:
1.      Bapak Lilik Ariyanto selaku Dosen Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika I
2.      Ayah dan Ibu tercinta,yang senantiasa membri dukukngan serta doanya.
3.      Teman-teman kelas 3F
4.       Semua pihak yang telah membantu penyusunan Makalah ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan namanya satu persatu
Kami menyadari bahwa makalah  ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kriti yang membangun sangant diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak untuk pengembangan ilmu pengtahuan terutama dalam bidang inovasi pembelajaran matematika.


                                                                               Semarang, 20 Nopember 2010
           
                                                                                    Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Uraian model pembelajaran Matematika Realistik
B.     Karakteristik Model
C.     Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran
D.    Uraian singkat pemechan masalah
E.     RPP dan garis garis besar materi
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. Jenning dan Dunne (dalam Zainurie,2007) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Sedangkan menurut Soedjadi dkk (dalam Zainurie, 2007) hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (Zainuri,2007).
 Karakteristik RME menurut Treffers dan  Van den Heuvel-Panhuizen (dalam Zainurie,2007) adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment)Berkaitan dengan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk memaparkan secara teoretis pembelajaran matematika realistik, pengimplementasian pembelajaran MR, serta kaitan antara pembelajaran MR dengan pengertian. Pembelajaran Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran Matematika Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Model Pembelajaran Matematika Realistik?
2.      Bagaimana karakter model pembelajaran matematika realistik?
3.       Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran matematika realistik?
4.      Mengapa memeilih Materi “Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel” untuk model pembelajaran realistik.




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education)
Salah satu filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika bukanlah satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa pelajari. Menurut Freudenthal bahwa matematika bukan merupakan suatu subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya (Suherman, 2003:144). Realistic Mathematics Education  menurut Gravemeijer (dalam Zainurie,2007) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa . Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.
 Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (dalam Zainurie,2007) yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Menurut Panhuizen (dalam zainurie,2007) Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama
Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik, emperistik, strukturalistik, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks).  Dalam pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin.  Kedua jenis matematisasi tidak digunakan. 
Pendekatan emperistik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep matematika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui matematisasi horisontal. 
Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. 
Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika(Zainurie,2007).
Karakteristik RME menurut Treffer dan Panhuizen (dalam Zainurie,2007) adalah menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment)
  1. Menggunakan Konteks “Dunia Nyata  
Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.  Proses penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual.  Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit.  Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization).  Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan matematikan dalam sehari-hari menurut Cinzia Bonotto(dalam Zainurie,2007)
  1. Menggunakan Model-model (Matematisasi)  
 Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models).  Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal.  Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah.  Pertama adalah model  situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa.  Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan  berubah menjadi model-of masalah tersebut.  Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis.  Pada akhirnya, akan menjadi model  matematika formal.
  1. Menggunakan Produksi dan Konstruksi   
Streefland (dalam Zainurie) menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.  Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.
Lingkungan pembelajaran konstruktivistik mengutamakam dan memfasilitasi peran aktif siswa, mengubah fokus dari penyebaran informasi oleh guru yang mendorong peran pasif siswa menuju otonomi siswa yang mendorong peran aktif siswa.(Jacobsen,2009;97)
  1. Menggunakan Interaktif   
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME.  Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa(Zainurie,2007).
  1. Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment) 
Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial.  Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah.  Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.

B.     Karateristik Model Pembelajaran Matematika Realistik
1.      Sintakmatik
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru dan Siswa
Tahap awal
-         Secara garis besar guru menyampaikan tujuan dan topik yang akan dipelajari siswa.
-         Guru menyampaikan aktivitas yang akan dilalui siswa, memberi pengantar yang dilanjutkan dengan memberikan masalah kontekstual.
Tahap inti
-         Siswa dapat bekerja secara individual, pasangan, atau dalam kelompok kecil untuk menjawab masalah dalam buku siswa.
-         Siswa melakukan kegiatan yang telah ditentukan guru yaitu mengerjakan masalah kontekstual secara individu atau berkelompok.
Guru memberikan pertanyaan pancingan (umpan balik) atau memberi petunjuk terbatas pada siswa yang membutuhkan.
Tahap akhir
-         Guru menunjuk seorang anggota kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok.
-         Siswa menyajikan hasil kerjanya dari hasil kerja individual atau kelompok.
-         Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil diskusi.
-         Guru memberikan tugas rumah sebagai latihan.
Evaluasi
-         Penilaian dilakukan dengan mengadakan tanya jawab, mengamati aktivitas siswa, dan mengecek hasil kerja siswa.
-         Guru memberikan penilaian dengan memberikan tes.

2.      Sistem Sosial
Guru sebagai pendamping siswa dalam belajar. Siswa dapat berdiskusi dengan sesama siswa dan mengajukan pertanyaan kepada guru. Pada tahap awal posisi guru lebih banyak di depan kelas, memberikan pengantar. Bila diperlukan guru dapat mengecek secara acak tugas siswa.
Pada tahap ini guru berada di sekitar siswa atau berkeliling kelas. Pada tahap akhir guru berada di depan kelas kembali untuk menghasilkan konsep atau teorema.
3.      Prinsip Reaksi
Dalam model pembelajaran matematika realistik prinsip reaksi yang terjadi dirumuskan saebagai berikut :
a.       Guru menjaga suasana kelas agar kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan disini, berupa mengawali proses pembelajaran dari pengalaman yang telah dipunyai siswa, mengaitkan masalah yang akan dibahas dengan lingkungan siswa dan memberikan motivasi berupa permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan strateginya masing-masing dalam mengerjakan soal untuk mendapatkan konsep (algoritma). Guru juga perlu mendorong siswa untuk mengemukakan gagasannya.
c.       Guru berusaha memantulakan pertanyaan siswa kepada siswa lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan intuisinya.
d.      Guru berusaha mengungkapkan kembali pertanyaan kepada siswa dengan bahasa atau kalimat yang lebih sederhana dan meminta tanggapan kepada siswa lain atas jawaban siswa.
e.       Guru berusaha memberikan pancingan (petunjuk) bila siswa mengalami kebuntuan dalam penelusuran untuk mendapatkan konsep (algoritma).
4.      Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang diperlukan yaitu buku materi .... untuk siswa berupa Buku Paket dan Buku LKS. Dan untuk guru berupa buku guru berisi Rencana Pembelajaran.
5.      Dampak Instruksional dan Pengiring
a.       Dampak Instruksional :
Penguasaan materi oleh siswa dapat berupa pemahaman konsep, keterampilan prosedural (mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan), kemampuan memecahkan masalah.
b.      Dampak pengiring :
i.        Kebiasaan untuk berbeda pendapat
ii.      Pengembangan aspek sosial ke arah sikap yang lebih demokratis.
iii.    Kepekaan terhadap penalaran logis dalam berkomunikasi.

C.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistik
Mengungkap berbagai kekurangan sama artinya dengan mengemukakan berbagai kelemahan yang muncul dalam kehidupan nyata yang kita hadapi, tapi bukan berarti bahwa kita harus mempersalahkan pembelajaran matematika yang telah berjalan atau menganggap bahwa pembelajaran tersebut tidak memberi manfaat secara nyata kepada siswa. Namun, mengungkap kelemahan itu sebagai titik tolak untuk mengambil tindakan positif sebagai upaya mengantisipasi kelemahan-kelemahan tersebut.
Menurut Mustaqimah (dalam wiwi, 2010) Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut:
Kelebihan :
1.      Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.
2.      Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
3.      Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya.
4.      Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya.
5.      Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.
6.      Pendidikan budi pekerti, misalnya: saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang bekerja.
Kekurangan:
1.      Membutuhkan waktu yang lama,terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah
2.      Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai itu.
3.      Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran pada saat itu.

D.    Uraian singkat pemecahan masalah
1.      Bagaimana Model Pembelajaran Matematika Realistik?
Matematika Realistik (MR) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.  Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.  Pembelajaran MR di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.  Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. 
2.      Bagaimana karakter model pembelajaran matematika realistik?
Karakteristik model pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan Konteks “Dunia Nyata” ,menggunakan Model-model (Matematisasi)  , menggunakan Produksi dan Konstruksi   , menggunakan Interaktif   , menggunakan Keterkaitan (Intertwinment).
3.       Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran matematika realistik?
Kelebihan :Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
Kekurangan : Membutuhkan waktu yang lama,terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah,siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai
4.       Mengapa memeilih Materi “Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel untuk model pembelajaran realistik.
Materi  Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel cocok menggunakan model pembelajran realistik karena meteri tersebut dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari,serta materi tersebut ajan lebih mudah dipahami jika siswa mengkonstruksinya secara pribadi.









RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN

MATA PELAJARAN          : MATEMATIKA  
POKOK BAHASAN           : PELUANG
ALOKASI WAKTU                        : 60 Menit  

A.    KOMPETENSI DASAR
Menghitung Peluang suatu Kejadian

B.     INDIKATOR
1.      Mengenal arti sistem pertidaksamaan linear dua variable
2.      Menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel

C.       PENGALAMAN BELAJAR
1.      Siswa mengenal arti sistem pertidaksamaan linear dua variable
2.      Siswa menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel

D.    SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku Paket   
2. Buku Referensi Lain

E.     KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1. Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung
2. Metode Pembelajaran :Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.           
3. Pelaksanaan Pembelajaran 

Pendahuluan :
a)      Guru mengetahui pengetahuan awal siswa dalam menentukan penyelesaian pertidaksamaan linear dua variabel melalui kegiatan tanya jawab.
b)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan.

            Kegiatan Inti :
a)      Guru menjelaskan arti sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
b)      Guru menjelaskan cara menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
c)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal.
d)     Guru mengecek pemahaman siswa.
e)      Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan.

          Penutup:
a)      Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran.
b)      Guru meminta siswa untuk berlatih di rumah menyelesaikan soal-soal latihan yang ada pada  buku paket/referensi lain.

  F.  PENILAIAN
1.      Tehnik                         :  Tes tulis.
2.      Bentuk Instrumen       :   Tes uraian.
3.      Soal Instrumen

Tunjukkan pada diagram cartesius himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan berikut
a.  X  +  Y  ≤ 4 ;  3X  +  2Y ≤ 6  ;  X ≥ 0  ; Y ≥ 0
b.  2X  +  Y  ≤ 8 ;  2X  -  Y ≤ 4 ;  X ≥ 0  ; Y ≥ 0
c.  2X  +  4Y  ≥ 8 ;  X  +  3Y ≥ 124 ;  X ≥ 0  ; Y ≥ 0







Mengetahui:                                      Sukoharjo, 01 Juni 2007
Kepala Madrasah                                            Guru Mata Pelajaran


Sigit Rahardja, S.Si                           ....................................








BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai simpulan dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1.            Matematika Realistik (MR) merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. 
2.            Pembelajaran MR menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horisontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.  Selanjutnya, siswa diberi kesempatan  menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.  Dengan kata lain, pembelajaran MR berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (everydaying mathematics), sehingga siswa belajar dengan bermakna (pengertian).  
3.            Pembelajaran MR berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, sehingga memerlukan paradigma yang berbeda tentang bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, dan apa yang dipelajari oleh siswa dengan paradigma pembelajaran matematika selama ini.  Karena itu, perubahan persepsi guru tentang mengajar perlu dilakukan bila ingin mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik.           



B.     Saran
1.      Kepada guru-guru matematika untuk mencoba mengimplementasikan  pembelajaran MR secara bertahap, misalnya mulai dengan memberikan masalah-masalah realistik untuk memotivasi siswa menyampaikan pendapat. 
2.       





















DAFTAR PUSTAKA


Jacobsen, David A, dkk.2009. Methods or teaching(terjemahan khoirul anam dkk).Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suherman,Erman dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung : Universitas Pendidikan  Indonesia
Wiwi.2010. Hakikat Pembelajaran Matematika (Online). http://.wiwi-birulaut.blogspot.com/2010/01/hakikat-pembelajaran-matematika.html, diunduh pada tanggal 3Nopember 2010 pukul 19.00 WIB.
Zainurie.2007. Pembelajaran Realistik Matematika (RME) (online). http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/ pembelajaran - matematika realistik-rme.html, diunduh pada tanggal 2 Nopember 2010 pukul 19.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar