MODEL
PEMBELAJARAN REALISTIK
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika I
Dosen Pengampu: Lilik Ariyanto,S.pd
Disusun Oleh :
Muhammad Imam Tri H. (
093102
Nurwitah Asmania ( 09310223 )
Rizki Pujiati ( 093102
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji sykur kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya,sehingga tugas makalah tentang
model pembelajaran realistik ini telah terselesaikan. Ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada semua pihak karena berkat dukungan dan bantuan berupa bantuan
spiritual maupun material tugas ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini ucapan terimakasi kami sampaikan
setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan sdari beberapa
pihak selama proses penyusunan tugas
ini. Ucapan terimakasih kami persembahkan kepada:
1. Bapak Lilik Ariyanto selaku Dosen
Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika I
2. Ayah dan Ibu tercinta,yang
senantiasa membri dukukngan serta doanya.
3. Teman-teman kelas 3F
4. Semua pihak yang telah membantu
penyusunan Makalah ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan namanya satu persatu
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kriti yang membangun sangant diharapkan untuk perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat dan
berguna bagi banyak pihak untuk pengembangan ilmu pengtahuan terutama dalam
bidang inovasi pembelajaran matematika.
Semarang, 20 Nopember 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Uraian model pembelajaran Matematika Realistik
B. Karakteristik Model
C. Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran
D. Uraian singkat pemechan masalah
E. RPP dan garis – garis
besar materi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata
hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan
matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami
konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karakteristik matematika
adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan
banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa
baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya
prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah
secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar matematika
siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.
Jenning dan Dunne (dalam Zainurie,2007) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan
real. Sedangkan menurut Soedjadi dkk (dalam Zainurie, 2007) hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran
matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak
mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide
matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide
matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran
bermakna.
Salah satu pembelajaran matematika yang
berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday
experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah
pembelajaran Matematika Realistik (Zainuri,2007).
Karakteristik RME menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen (dalam
Zainurie,2007) adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model,
produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan
(intertwinment)Berkaitan dengan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk memaparkan
secara teoretis pembelajaran matematika realistik, pengimplementasian
pembelajaran MR, serta kaitan antara pembelajaran MR dengan pengertian.
Pembelajaran Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa
mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika. Dengan demikian,
pembelajaran Matematika Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi
dengan pengertian siswa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Model Pembelajaran Matematika
Realistik?
2.
Bagaimana karakter model pembelajaran
matematika realistik?
3. Apa
saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran matematika realistik?
4. Mengapa
memeilih Materi “Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel” untuk model
pembelajaran realistik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Model Pembelajaran Matematika
Realistik (Realistic Mathematics Education)
Salah
satu filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika
bukanlah satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus
siswa pelajari. Menurut Freudenthal bahwa matematika bukan merupakan suatu
subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan suatu pelajaran yang dinamis yang
dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya (Suherman, 2003:144). Realistic Mathematics Education menurut Gravemeijer (dalam Zainurie,2007)
merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama
kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas
manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan
nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan
bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan-persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini
dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat
dibayangkan oleh siswa . Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh
prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali
menggunakan konsep matematisasi.
Dua jenis matematisasi
diformulasikan oleh Treffers (dalam Zainurie,2007) yaitu matematisasi
horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah
pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang
berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematik. Menurut
Panhuizen (dalam zainurie,2007) Contoh matematisasi vertikal adalah
representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model
matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Kedua
jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi
ini mempunyai nilai
sama
Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal,
pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis
yaitu mekanistik, emperistik, strukturalistik, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan
pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke
yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin. Kedua jenis matematisasi tidak digunakan.
Pendekatan emperistik adalah suatu pendekatan dimana konsep-konsep
matematika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui
matematisasi horisontal.
Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan
yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang
perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui
matematisasi vertikal.
Pendekatan realistik adalah suatu
pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak
pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal
diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep
matematika(Zainurie,2007).
Karakteristik RME menurut
Treffer dan Panhuizen (dalam Zainurie,2007) adalah menggunakan: konteks “dunia
nyata”, model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan
(intertwinment)
- Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
Pembelajaran
diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan
mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses
penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De
Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan
formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian,
siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia
nyata (applied mathematization).
Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman
anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan
penerapan matematikan dalam sehari-hari menurut Cinzia Bonotto(dalam
Zainurie,2007)
- Menggunakan Model-model (Matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi
dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi
siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke
matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat
dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model tersebut
akan berubah menjadi model-of
masalah tersebut. Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for
masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika
formal.
- Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Streefland
(dalam Zainurie) menekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” siswa
terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam
proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur
pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika
formal.
Lingkungan
pembelajaran konstruktivistik mengutamakam dan memfasilitasi peran aktif siswa,
mengubah fokus dari penyebaran informasi oleh guru yang mendorong peran pasif
siswa menuju otonomi siswa yang mendorong peran aktif siswa.(Jacobsen,2009;97)
- Menggunakan Interaktif
Interaksi
antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara
eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk
mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa(Zainurie,2007).
- Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)
Dalam
RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam
pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan
berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika,
biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya
aritmetika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
B. Karateristik Model Pembelajaran Matematika Realistik
1.
Sintakmatik
Tahap Pembelajaran
|
Kegiatan Guru dan Siswa
|
Tahap awal
|
-
Secara garis besar guru
menyampaikan tujuan dan topik yang akan dipelajari siswa.
-
Guru menyampaikan aktivitas yang
akan dilalui siswa, memberi pengantar yang dilanjutkan dengan memberikan
masalah kontekstual.
|
Tahap inti
|
-
Siswa dapat bekerja secara
individual, pasangan, atau dalam kelompok kecil untuk menjawab masalah dalam
buku siswa.
-
Siswa melakukan kegiatan yang
telah ditentukan guru yaitu mengerjakan masalah kontekstual secara individu
atau berkelompok.
Guru memberikan pertanyaan pancingan
(umpan balik) atau memberi petunjuk terbatas pada siswa yang membutuhkan.
|
Tahap akhir
|
-
Guru menunjuk seorang anggota
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok.
-
Siswa menyajikan hasil kerjanya
dari hasil kerja individual atau kelompok.
-
Guru membimbing dan mengarahkan
siswa untuk menyampaikan hasil diskusi.
-
Guru memberikan tugas rumah
sebagai latihan.
|
Evaluasi
|
-
Penilaian dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab, mengamati aktivitas siswa, dan mengecek hasil kerja
siswa.
-
Guru memberikan penilaian dengan
memberikan tes.
|
2.
Sistem Sosial
Guru sebagai pendamping siswa dalam belajar. Siswa
dapat berdiskusi dengan sesama siswa dan mengajukan pertanyaan kepada guru.
Pada tahap awal posisi guru lebih banyak di depan kelas, memberikan pengantar.
Bila diperlukan guru dapat mengecek secara acak tugas siswa.
Pada tahap ini guru berada di sekitar siswa atau
berkeliling kelas. Pada tahap akhir guru berada di depan kelas kembali untuk
menghasilkan konsep atau teorema.
3.
Prinsip Reaksi
Dalam model pembelajaran matematika realistik
prinsip reaksi yang terjadi dirumuskan saebagai berikut :
a.
Guru menjaga suasana kelas agar kondusif
untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan disini, berupa mengawali proses
pembelajaran dari pengalaman yang telah dipunyai siswa, mengaitkan masalah yang
akan dibahas dengan lingkungan siswa dan memberikan motivasi berupa
permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan strateginya masing-masing dalam mengerjakan soal untuk
mendapatkan konsep (algoritma). Guru juga perlu mendorong siswa untuk
mengemukakan gagasannya.
c.
Guru berusaha memantulakan pertanyaan
siswa kepada siswa lain dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan intuisinya.
d.
Guru berusaha mengungkapkan kembali
pertanyaan kepada siswa dengan bahasa atau kalimat yang lebih sederhana dan
meminta tanggapan kepada siswa lain atas jawaban siswa.
e.
Guru berusaha memberikan pancingan
(petunjuk) bila siswa mengalami kebuntuan dalam penelusuran untuk mendapatkan
konsep (algoritma).
4.
Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang diperlukan yaitu buku materi
.... untuk siswa berupa Buku Paket dan Buku LKS. Dan untuk guru berupa buku
guru berisi Rencana Pembelajaran.
5.
Dampak Instruksional dan Pengiring
a.
Dampak Instruksional :
Penguasaan materi oleh siswa dapat berupa pemahaman
konsep, keterampilan prosedural (mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan),
kemampuan memecahkan masalah.
b.
Dampak pengiring :
i.
Kebiasaan untuk berbeda pendapat
ii.
Pengembangan aspek sosial ke arah sikap
yang lebih demokratis.
iii.
Kepekaan terhadap penalaran logis dalam
berkomunikasi.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Matematika Realistik
Mengungkap
berbagai kekurangan sama artinya dengan mengemukakan berbagai kelemahan yang
muncul dalam kehidupan nyata yang kita hadapi, tapi bukan berarti bahwa kita
harus mempersalahkan pembelajaran matematika yang telah berjalan atau
menganggap bahwa pembelajaran tersebut tidak memberi manfaat secara nyata
kepada siswa. Namun, mengungkap kelemahan itu sebagai titik tolak untuk
mengambil tindakan positif sebagai upaya mengantisipasi kelemahan-kelemahan
tersebut.
Menurut
Mustaqimah (dalam wiwi, 2010) Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Matematika
Realistik adalah sebagai berikut:
Kelebihan
:
1.
Karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.
2.
Suasana dalam proses pembelajaran
menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat
bosan untuk belajar matematika.
3.
Siswa merasa dihargai dan semakin
terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya.
4.
Melatih keberanian siswa karena harus
menjelaskan jawabannya.
5.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir
dan mengemukakan pendapat.
6.
Pendidikan budi pekerti, misalnya:
saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang bekerja.
Kekurangan:
1.
Membutuhkan waktu yang lama,terutama
bagi siswa yang kemampuannya rendah
2.
Siswa yang pandai kadang-kadang tidak
sabar untuk menanti temannya yang belum selesai itu.
3.
Membutuhkan alat peraga yang sesuai
dengan situasi pembelajaran pada saat itu.
D.
Uraian singkat pemecahan masalah
1.
Bagaimana Model Pembelajaran Matematika
Realistik?
Matematika Realistik (MR) yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal
pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran MR di kelas
berorientasi pada karakteristik-karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai
kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan
matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep
matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.
2.
Bagaimana karakter model pembelajaran
matematika realistik?
Karakteristik model
pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
,menggunakan
Model-model (Matematisasi) , menggunakan
Produksi dan Konstruksi , menggunakan
Interaktif , menggunakan Keterkaitan (Intertwinment).
3. Apa
saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran matematika realistik?
Kelebihan :Karena siswa membangun
sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan
pengetahuannya.Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar
matematika.
Kekurangan : Membutuhkan waktu yang
lama,terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah,siswa yang pandai
kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai
4. Mengapa
memeilih Materi “Sistem
Pertidaksamaan Linear Dua Variabel” untuk model pembelajaran realistik.
Materi Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel cocok
menggunakan model pembelajran realistik karena meteri tersebut dapat dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari,serta materi tersebut ajan lebih mudah dipahami
jika siswa mengkonstruksinya secara pribadi.
RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
POKOK BAHASAN : PELUANG
ALOKASI WAKTU
: 60 Menit
A.
KOMPETENSI
DASAR
Menghitung Peluang suatu Kejadian
B.
INDIKATOR
1.
Mengenal
arti sistem pertidaksamaan linear dua variable
2.
Menentukan
penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
C.
PENGALAMAN
BELAJAR
1.
Siswa
mengenal arti sistem pertidaksamaan linear dua variable
2.
Siswa
menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
D.
SUMBER
PEMBELAJARAN
1. Buku Paket
2. Buku Referensi Lain
E.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1. Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung
2. Metode Pembelajaran :Ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pendahuluan :
a)
Guru
mengetahui pengetahuan awal siswa dalam menentukan penyelesaian pertidaksamaan
linear dua variabel melalui kegiatan tanya jawab.
b)
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang
akan digunakan.
Kegiatan Inti :
a)
Guru
menjelaskan arti sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
b)
Guru
menjelaskan cara menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua
variabel.
c)
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal.
d)
Guru
mengecek pemahaman siswa.
e)
Guru
membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan.
Penutup:
a)
Guru
membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran.
b)
Guru
meminta siswa untuk berlatih di rumah menyelesaikan soal-soal latihan yang ada
pada buku paket/referensi lain.
F. PENILAIAN
1.
Tehnik
: Tes tulis.
2.
Bentuk
Instrumen : Tes uraian.
3.
Soal
Instrumen
Tunjukkan pada
diagram cartesius himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan berikut
a. X
+ Y ≤ 4 ;
3X + 2Y ≤ 6
; X ≥ 0 ; Y ≥ 0
b. 2X +
Y ≤ 8 ; 2X
- Y ≤ 4 ; X ≥ 0
; Y ≥ 0
c. 2X +
4Y ≥ 8 ; X
+ 3Y ≥ 124 ; X ≥ 0
; Y ≥ 0
Mengetahui: Sukoharjo,
01 Juni 2007
Kepala Madrasah Guru
Mata Pelajaran
Sigit Rahardja, S.Si ....................................
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
uraian di atas, maka sebagai simpulan dapat disampaikan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Matematika Realistik (MR) merupakan matematika sekolah yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik
awal pembelajaran.
2.
Pembelajaran MR menggunakan masalah realistik sebagai pangkal
tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horisontal-vertikal siswa
diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan
menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau
masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain, pembelajaran MR berorientasi
pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize
of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (everydaying mathematics), sehingga siswa
belajar dengan bermakna (pengertian).
3.
Pembelajaran MR berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator, sehingga memerlukan paradigma yang berbeda tentang
bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, dan apa yang dipelajari oleh
siswa dengan paradigma pembelajaran matematika selama ini. Karena itu,
perubahan persepsi guru tentang mengajar perlu dilakukan bila ingin mengimplementasikan
pembelajaran matematika
realistik.
B. Saran
1.
Kepada guru-guru matematika untuk mencoba
mengimplementasikan pembelajaran
MR secara bertahap, misalnya mulai dengan memberikan masalah-masalah realistik
untuk memotivasi siswa menyampaikan pendapat.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Jacobsen,
David A, dkk.2009. Methods or teaching(terjemahan khoirul anam dkk).Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Suherman,Erman
dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
Wiwi.2010. Hakikat
Pembelajaran Matematika (Online).
http://.wiwi-birulaut.blogspot.com/2010/01/hakikat-pembelajaran-matematika.html,
diunduh pada tanggal 3Nopember 2010 pukul 19.00 WIB.
Zainurie.2007. Pembelajaran
Realistik Matematika (RME) (online). http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/
pembelajaran - matematika realistik-rme.html,
diunduh pada tanggal 2 Nopember 2010 pukul 19.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar