LAPORAN
KULIAH INOVASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
2 (KIPMATH II)
Bali 6 - 10 April 2010
Disusun
Oleh :
1.
Adhy Fran Setyawan NPM
: 08310382
2.
Ahmad Saiful Mujakhi NPM
: 08310384
3.
Anita Wartanti NPM
: 08310388
4.
Aziz Ulinuha NPM
: 08310392
5.
Gita Noer Rahmasari NPM
: 08310399
6.
Indah Rizkiana NPM
: 08310403
7.
Lia Nurul Fuadah NPM
: 08310406
8.
Maria Ulfa NPM
: 08310408
9.
Muhammad Muhsin Riza’i NPM :
08310410
10. Resti Yulianingsih NPM : 08310413
11. Rusli Yuliandi Rosyidin NPM : 08310414
12. Sukma Latifa NPM : 08310418
13. Triyanti NPM :
08310420
14. Wachidatul Annisa NPM : 08310421
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Kami selaku
Pembimbing dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang yang telah menyelesaikan laporan
Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) yang disusun oleh :
1.
Adhy Fran Setyawan NPM : 08310382
2.
Ahmad Saiful Mujakhi NPM :
08310384
3.
Anita Wartanti NPM
: 08310388
4.
Aziz Ulinuha NPM
: 08310392
5.
Gita Noer Rahmasari NPM : 08310399
6.
Indah Rizkiana NPM
: 08310403
7.
Lia Nurul Fuadah NPM :
08310406
8.
Maria Ulfa NPM
: 08310408
9.
Muhammad Muhsin Riza’I NPM : 08310410
10.
Resti Yulianingsih NPM : 08310413
11.
Rusli Yuliandi Rosyidin NPM : 08310414
12.
Sukma Latifa NPM : 08310418
13.
Triyanti NPM : 08310420
14.
Wachidatul Annisa NPM : 08310421
Dengan ini menyatakan
bahwa laporan yang dibuat oleh mahasiswa tersebut telah selasai dan siap disahkan.
Semarang, 3 Mei 2010
Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing
I
Supandi, S.Si., M.Si. Achmad
Buchori S.Pd, M.Pd.
NPP. 097401245 NPP.
098101246
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Rasiman, M. Pd.
NIP. 19560218 198603 1 001
KATA PENGANTAR
Penulis
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad,
hidayah serta innayah-Nya kepada penulis sehingga Laporan Inovasi Pembelajaran
Matematika 2 (KIPMATH II) ini dapat terselesaikan seperti yang diharapkan.
Tugas KIPMATH II yang dilaksanakan
selama 5 hari di Bali, bukan merupakan semata-mata pencapaian yang dilakukan
oleh salah satu pihak, banyak sekali hambatan dan tantangan yang ditemui yang
semua itu tidaklah mungkin kami selesaikan sendiri tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga tugas KIPMATH ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Muhdi
SH. M.Hum, selaku rektor IKIP PGRI Semarang.
2.
Bapak Drs
Rasiman M.Pd selaku ketua
program studi Pend. Matematika.
3.
Bapak Supandi, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
4.
Bapak Achmad Buchori S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
5.
Semua
teman-teman kelas 4J yang telah memberikan dorongan.
Dalam pembuatan laporan ini
tidak luput dari kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan bagi kita semua
khususnya rekan-rekan mahasiswa IKIP PGRI Semarang..
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. 1
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. 2
KATA PENGANTAR............................................................................ 3
DAFTAR ISI ......................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 5
B. Perumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Jurusan Tiga Angka
...................................................................... 8
2. Klinometer
.................................................................................... 8
3. Statistika
....................................................................................... 9
4. Volume Balok ............................................................................... 10
5. Trigonometri
................................................................................. 12
BAB III PEMBAHASAN
A. Data Lapangan............................................................................... 13
B. Kajian Keilmuan terhadap Data Lapangan.................................... 21
C. Metode, Teori dan Model Pembelajaran yang
Relevan........................................................................................... 41
D. Skenario Pembelajaran Berdasarkan Data Lapangan .................... 53
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 66
B. Saran.............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar dan
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang
dibawanya sejar lahir. Aktivitas potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk
dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin
lama makin bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia
tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kegiatan belajar dan
pembelajaran dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga,
di sekolah, dan di masyarakat. Belajar dan pembelajaran di sekolah sifatnya
formal. Semua komponen dalam proses belajar dan pembelajaran direncanakan
secara sistematis. Komponen guru sangat berperan penting dalam membantu siswa
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu seorang guru harus
bisa mengetahui strategi, metode, maupun pendekatan yang tepat dalam proses
pembelajaran.
Dalam
rangka melaksanakan struktur kurikulum yang berlaku saat ini di IKIP PGRI
Semarang, maka mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 merupakan mata
kuliah wajib Program studi Pendidikan Matematika Semester IV dengan beban 2 SKS
dan wajib diikuti oleh Mahasiswa IKIP PGRI Semarang sebagai syarat
kelulusannya.
Pelaksanaan
mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) dilaksanakan di Bali dikarenakan di Bali terdapat tempat-tempat yang sesuai
untuk melaksanakan kegiatan tersebut yaitu mempraktekkan teori-teori mata
kuliah yang telah diterima. Mata kuliah tersebut antara lain: Geometri,
Kalkulus, Statistik, Strategi Pembelajaran Matematika dan Inovasi Pembelajaran
Matematika 2. Sedangkan tempat yang dikunjungi untuk melaksanakan kegiatan tersebut
antara lain: Kebun Raya Bedugul, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Tanjung Benoa,
Tanah Lot, dan Pasar Sukowati.
B. Rerumusan Masalah
Permasalahan yang kami temukan dalam
melaksanakan mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) yang
bersifat outdoor Learning yang dilaksanakan di Bali:
a. Bagaimana penerapan mata kuliah
Kalkulus, Geometri dan Statistik untuk memperoleh data di lapangan?
b. Bagaimana kajian keilmuan terhadap
data yang dikumpulkan di lapangan?
c. Bagaimana metode, teori, dan model
pembelajaran yang relevan sesuai data yang diperoleh di lapangan?
d. Bagaimana skenario pembelajaran
matematika berdasarkan data yang diperoleh di lapangan?
C. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan diadakannya mata kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) yang bersifat
outdoor Learning yang dilaksanakan di Bali:
1.
Membuka pandangan mahasiswa
secara kolektif sebagai bekal kesarjanaan, agar lebih mampu mengaitkan materi
perkuliahan dengan kehidupan sehari-hari.
2.
Mahasiswa dapat menerapkan
konsep dan prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mahasiswa mampu
menganalisis segala permasalahan
pembelajaran sehingga mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat.
4. Mahasiswa mampu merefleksikan pembelajaran matematik disekolah yang
bernuansa nilai-nilai edukasi.
2. Manfaat diadakannya mata kuliah Inovasi
Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) yang
bersifat outdoor Learning yang dilaksanakan di Bali:
1. Mahasiswa dapat mempratekkan teori pada mata
kuliah kalkulus, untuk menghitung luas dan volume suatu benda yang tidak dapat
terjangkau/tidak dapat diukur menggunakan cara biasa.
2. Mahasiswa dapat mempraktekan teori pada mata
kuliah Geometri, untuk mengukur tinggin suatu benda dan jarak antarsa 2 buah
obyek yang tidak dapat terjangkau menggunakan dengan cara biasa.
3.
Mahasiswa dapat mempraktekkan
teori pada mata kuliah stratistika.
4.
Mahasiswa dapat meracang
pembelajaran matematika yang memuat nilai-niai budaya dan pendidikan bagi
siswa.
.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Jurusan Tiga Angka
Penunjukan arah seperti dalam
pelayaran dan penerbangan sering digunakan penunjukan arah yang lebih cermat
dan lebih sempurna, disebut jurusan tiga angka.
Dalam hal ini suatu arah dinyatakan dengan besar suatu
sudut dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Besarnya sudut dinyatakan dengan tiga
angka.
2. Arah utara dinyatakan dengan 000º.
3.
Besarnya
sudut dihitung dari arah utara, searah dengan gerak arah jarum jam.
Kegunaan
dari alat jurusan tiga angka ini adalah ontuk mengukur jarak dua obyek dan
untuk menentukan arah dua obyek. Adapun cara kerja alat ini adalah sebagai
berikut :
1.
Letakkan alat
ini pada ketinggian 1m, posisi datar
sempurna (agar jarum kompas dapat bergerak dengan sempurna).
2.
Posisikan 000º / 360º pada arah utara.
3.
Amati obyek sasaran menggunakan atau
melalui tangkai pengamat.
4.
Baca skala derajat yang ditunjuk oleh
bandul tangkai pengamat
2. klinometer
Kegunaan
alat ini adalah untuk mengukur besar sudut elevasi dan menentukan tinggi obyek.
Adapun cara kerja klinometer yaitu :
1.
Pegang alat ini sambil berdiri dalam posisi yang nyaman dan hindari
tiupan angin kencang agar bandul stabil.
2.
Amati ujung obyek sasaran melalui tangkai pengamat.
3. Baca skala derajat yang ditunjukkan oleh bandul.
4. Sudut yang dibaca adalah sudut elevasi.
3. Statistika
Statistika
adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-carapengumpulan
data,pengolahan data,dan penarikan kesimpulan berdasarkan pengumpalan data yang
di lakukan.
1. Populasi dan Sampel
a.
Populasi adalah himpunan dari
seluruh anggota yang mempunyai sifat sama yang menjadi sasaran pengamatan.
b.
Sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil untuk dijadikan objek pengamatan langsung dan dapat
dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan.
2.
Jenis Data
a.
Data kualitatif adalah data
yang berhubungan dengan kategori (sifat) suatu objek.Misalnya,data mengenai
mata pelajaran yang disukai.
b.
Data kuantitatif adalah data
yang di peroleh dari hasil pengukuran yang bersifat numerik (berupa
angka-angka).Misalnya, data mengenai tinggi badan siswa dan banyak siswa di
suatu sekolah.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Memecah
Data diperoleh dengan
cara mencacah, membilang atau menghitung banyak objek.
Contoh : Data tantang banyak petak sawah untuk
masing-masing desa di lima
desa.
b.
Mengukur
Data diperoleh dengan
cara mengukur objek.
Contoh : Tentang petak sawah dan data tentang berat padi gabah kering. Luas sawah
diperoleh dengan cara mengukuur panjang
4. Mengurutkan Data
Dalam penyajian dan pengolahan
data, maka data tewrsebut perlu diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai
terbesar, sehingga dapat diketahui penyebaran atau jangkauannya.
Jangkauan
atau rentangan suatu data tunggal adalah jarak atau selisih antara nilai
tertinggi dengan nilai terendah.
Jangkauan =
Nilai tertinggi - Nilai terendah
- Nilai tertinggi :
nilai yang paling besar dari sekumpulan data
- Nilai terendah :
nilai yang paling kecil dari sekumpulan data
5. Ukuran Pemusatan
Ukuran pemusatan
terdiri atas mean, median, dan modus.
Mean (Rataan)
Mean suatu data adalah jumlah seluruh nilai data itu dibagi dengan
banyaknya data.
Untuk menentukan mean pada data tunggal dapat di cari dengan rumus:
Mean
Dengan : x
= nilai data = rataan/mean
n
= banyaknya data
Misalkan sekumpulan data terdiri atas nilai x1, x2,
x3,....,xn dan ditentukan oleh rumus :
Untuk menentukan mean pada data kelompok dapat di cari dengan rumus:
frekuensi ke-i
titik tengah kelas
ke-i
4.
Volume Balok
Untuk menyatakan
ukuran besar suatu bangun ruang digunakan volume. Volume suatu bangun ruang
ditentukan dengan membandingkan terhadap satuan pokok volume, misalnya 1 cm³.
Perhatikan balok ABCD.EFGH !
Luas Alas
ABCD = AB x BC
= p x l
= pl
= p x l
= pl
Volum balok =
Luas Alas ABCD x tinggi
= pl x t
= pl x t
5.
Trigonometri
Perhatikan gambar dibawah ini
|
||||
|
||||
Dalam segitiga
siku – siku berlaku :
- Sinus suatu sudut ialah perbandingan antara sisi dihadapan sudut tersebut dengan sisi miring, maka
- Cosinus suatu sudut ialah perbandingan anta sisi alas dengan sisi miring, maka
- Tangens suatu sudut ialah perbandingan antara sisi dihadapan sudut dengan alas, maka
- Cotangens suatu sudut ialah perbandingan antara sisi alas dengan sisi dihadapan, maka
Dalam segitiga sembarang juga berlaku :
· Aturan sinus
· Aturan cosinus
· Luas segitiga
BAB
III
PEMBAHASAN
a. Data Lapangan.
1.
Menghitung tinggi suatu obyek
a.
Obyek : Garuda Wisnu Kencana dan Kebun Raya Eka Karya
b.
Hari : Rabu dan Jum’at
c.
Tanggal : 7 dan 9 April 2010
d.
Waktu : 15.30 – 17.00 WITA dan 09.00 – 11.00 WITA
e.
Alat : Klinometer
Rafiah
(Meteran)
f.
Langkah kerja:
1.
Menentukan jarak Pengamat (C)
ke Obyek (A) misal AC = m
2. Menentukan Sudut Elevasi dari C ke ujung
Obyek B misaL ABC =
3. Menghitung tinggi AB menggunakan gambar
berskala dan trigonometri
Dari langkah – langkah diatas
diperoleh data sebagai berikut :
a)
Patung Wisnu
1. Data pertama
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 12,75 m
- Tinggi
pengamat (tpengamat) = 1,53 m
- Sudut () = 570
2. Data
kedua
- Jarak titik tengah objek dari pengamat (AC) =
12,75 m
- Tinggi pengamat (tpengamat) = 1,76
m
- Sudut () = 580
3. Data ketiga
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 12,75 m
- Tinggi
pengamat (tpengamat) = 1,67 m
- Sudut () = 57,50
b)
Patung Garuda
1. Data pertama
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 14 m
- Tinggi pengamat (tpengamat)
= 1,57 m
- Sudut () = 400
2. Data kedua
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 14 m
- Tinggi pengamat (tpengamat)
= 1,62 m
- Sudut () = 390
3. Data ketiga
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 14 m
- Tinggi pengamat (tpengamat)
= 1,50 m
- Sudut () = 390
c) Patung di Kebun Raya Eka Karya
1. Data pertama
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 5,25 m
- Tinggi pengamat (tpengamat) = 1,57
m
- Sudut () = 600
2. Data kedua
- Jarak titik tengah objek dari pengamat (AC)
= 5,25m
- Tinggi pengamat (tpengamat)
= 1,76 m
- Sudut () = 580
3. Data ketiga
- Jarak
titik tengah objek dari pengamat (AC) = 5,25 m
- Tinggi pengamat (tpengamat)
= 1,63 m
- Sudut () = 570
2.
Menghitung jarak antara dua obyek
a.
Obyek : Tanjung Benoa
b.
Hari :
Rabu
c.
Tanggal : 7 April 2010
d.
Waktu : 10.00 – 11.30 WITA
e.
Alat :
· jurusan tiga angka
· meteran
f.
Langkah
– langkah pengamatan:
1. Dari titik P :
a. Memposisikan alat pengukur jurusan tiga
angka 0000 pada arah utara.
b. Menentukan sudut jurusan tiga angka ke
objek A, objek B dan titik Q. Dari langkah ini dapat ditentukan Ð APB dan Ð BPQ
2.
Dari titik Q :
a.
Memposisikan alat pengukur
jurusan tiga angka 0000 pada arah utara.
b.
Menentukan jurusan tiga angka
ke objek A, dan objek B. Dari langkah ini dapat ditentukan Ð AQB.
3. Menghitung jarak AB menggunakan :
- gambar berskala
- trigonometri (aturan sinus)
4. Menghitung arah jurusan tiga angka objek A
dari B atau sebaliknya objek B dari A.
Dari
langkah – langkah diatas diperoleh data sebagai berikut :
1.
Data
pertama
- Jarak pengamat P dan Q = (PQ) = 5 m
- Pengamat P melihat A dengan jurusan tiga
anggka 2800
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2130
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2700
2. Data kedua
- Jarak pengamat P dan Q = (PQ) = 6 m
- Pengamat P melihat A dengan jurusan tiga
anggka 3000
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2750
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 1550
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 3300
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2550
3. Data ketiga
- Jarak pengamat
P dan Q = (PQ) = 7 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 1550
3.
Menghitung luas dan volume suatu obyek
a.
Obyek : Patung Wisnu
b.
Hari : Rabu
c.
Tanggal : 7 April 2010
d.
Waktu : 15.30 – 17.00 WITA
e.
Alat :
·
jurusan tiga angka
·
meteran
f.
Langkah – langkah pengamatan:
1.
Dari titik P :
a.
Memposisikan alat pengukur
jurusan tiga angka 0000 pada arah utara.
b. Menentukan sudut jurusan tiga angka ke
objek A, objek B dan titik
c.
Dari langkah ini dapat
ditentukan Ð APB dan Ð BPQ
2.
Dari titik Q :
a.
Memposisikan alat pengukur
jurusan tiga angka 0000 pada arah utara.
b.
Menentukan jurusan tiga angka
ke objek A, dan objek B.
c.
Dari langkah ini dapat
ditentukan Ð AQB.
3. Menghitung jarak AB
menggunakan : - gambar berskala
-
trigonometri (aturan sinus)
4. Menghitung arah jurusan tiga angka objek A
dari B atau sebaliknya objek B dari A.
Dari langkah – langkah diatas diperoleh data sebagai berikut :
- Garuda Wisnu
Kencana
1. Data pertama
- Jarak pengamat P dan Q = (PQ) 8 m
- Pengamat P melihat A dengan jurusan tiga
anggka 2800
- Pengamat P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2130
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2700
2. Data kedua
- Jarak
pengamat P dan Q = (PQ) = 6 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2750
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 1550
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 3300
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2550
3. Data ketiga
- Jarak
pengamat P dan Q = (PQ) = 7 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 2000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
P melihat A dengan jurusan tiga anggka 1550
4.
Menerapkan Statistika
a.
Obyek : Wisatawan Pantai
Kuta
b.
Hari : Kamis
c.
Tanggal : 8 April 2010
d.
Waktu : 17.00 – 18.00 WITA
Dengan mewawancarai beberapa
wisatawan, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel wawancara
Wisatawan
|
Waktu
|
1
|
90 menit
|
2
|
200 menit
|
3
|
100 menit
|
4
|
230 menit
|
5
|
200 menit
|
6
|
15 menit
|
7
|
200 menit
|
8
|
15 menit
|
9
|
210 menit
|
10
|
210 menit
|
11
|
50 menit
|
12
|
120 menit
|
13
|
90 menit
|
14
|
230 menit
|
15
|
5 menit
|
16
|
5 menit
|
17
|
200 menit
|
18
|
200 menit
|
19
|
200 menit
|
20
|
200 menit
|
21
|
200 menit
|
22
|
30 menit
|
23
|
30 menit
|
24
|
230 menit
|
25
|
230 menit
|
5.
Menerapkan nilai budaya dalam pembelajaran
matematika
a.
Obyek : Tari Barong
b.
Hari : Kamis
c.
Tanggal : 8 April 2010
d.
Waktu : 09.30 – 10.30 WITA
e.
Hasil
Pengamatan :
Tari Barong adalah Tari Bali yang
muncul sekitar tahun 1930 an dan sangat di sakralkan. Namun seiring dengan perkembangan pariwisata,
akhirnya tarian ini sering dipentaskan demi kepentingan pariwisata. Tari Barong
menggambarkan pertarungan antara Kebajikan melawan Kebatilan. Barong adalah
binatang purbakala yang melukiskan kebajikan dan Rangda adalah binatang
purbakala mahasakti yang melambangkankebatilan.
Pembukaan
Barong dan Kera sedang berada didalam hutan yang lagi asyik bercanda, tiba tiba datang tiga orang bertopeng yang sedang mencari harimau pemakan salah satu anak mereka. orang-orang itu sangat marah ketika melihat Barong (harimau) itu, dan terjadilah perkelahian antara orang itu dengan Barong, akhirnya orang orang itu pergi ketika melihat salah satu temannya digigit hidungnya oleh Kera.
Bagian 1
Dua orang penari muncul, mereka adalah pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.
Bagian 2
Para pengikut Dewi Kunti datang,dan tanpa diketahui salah seorang dari pengikut rangda berubah wujud lalu merasuki roh dari salah satu pengikut Dewi Kunti sehingga menyebabkan mereka menjadi marah, keduanya menemui patih dan bersama sama menemui dewi Kunti.
Bagian 3
Munculah Dewi Kunti bersama anaknya bernama Sahadewa,Dewi Kunti berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal, sebetulnya Dewi Kunti tidak tega mengorbankan anaknya tetapi Rangda telah memasukan roh jahat kepadanya dan menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah kepada anaknya. lalu menyuruh Patihnya untuk membuang Sahadewa ketengah hutan, Patihnya pun merasa iba kepada Sahadewa tetapi tiba-tiba saja patih tersebut juga kemasukan roh jahat dan secara beringas menyeret Sahadewa kedalam Hutan lalu mengikatnya didepan istana Sang Rangda.
Bagian 4
Turunlah Dewi Sita dan memberikan anugrah kepada Sahadewa berupa keabadian dan kejadian ini tanpa diketahui oleh Sang Rangda, kemudian datanglah Rangda untuk memakan Sahadewa, tetapi Sahadewa tidak dapat dibunuhnya berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya Rangda menyerah kepada Sahadewa dan memohon keselamatan agar bisa masuk sorga.
Bagian 5
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa untuk mohon keselamatan juga tetapi Sahadewa menolaknya, penolakan ini menimbulkan perkelahian diantara mereka, Kalika berubah wujud menjadi Babi Hutan namun Sahadewa mampu mengalahkan Babi Hutan tersebut, kemudian Kalika berubah wujud menjadi Burung raksasa namun lagi lagi Sahadewa mampu menandinginya, dan akhirnya Kalika berubah wujud menjadi Rangda yang sangat Sakti sehingga Sahadewa tidak mampu untuk mengalahkannya. Akhirnya Sahadewa berubah wujud menjadi Barong yang juga sangat sakti, terjadilah pertempuran hebat diantara mereka, karena sama sama sakti maka pertempuran antara Barong dan Rangda menjadi pertempuran yang abadi, pertempuran ini dijadikan simbol pertempuran antara Dharma melawan Adharma atau Kebenaran melawan Kejahatan.
Pembukaan
Barong dan Kera sedang berada didalam hutan yang lagi asyik bercanda, tiba tiba datang tiga orang bertopeng yang sedang mencari harimau pemakan salah satu anak mereka. orang-orang itu sangat marah ketika melihat Barong (harimau) itu, dan terjadilah perkelahian antara orang itu dengan Barong, akhirnya orang orang itu pergi ketika melihat salah satu temannya digigit hidungnya oleh Kera.
Bagian 1
Dua orang penari muncul, mereka adalah pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.
Bagian 2
Para pengikut Dewi Kunti datang,dan tanpa diketahui salah seorang dari pengikut rangda berubah wujud lalu merasuki roh dari salah satu pengikut Dewi Kunti sehingga menyebabkan mereka menjadi marah, keduanya menemui patih dan bersama sama menemui dewi Kunti.
Bagian 3
Munculah Dewi Kunti bersama anaknya bernama Sahadewa,Dewi Kunti berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal, sebetulnya Dewi Kunti tidak tega mengorbankan anaknya tetapi Rangda telah memasukan roh jahat kepadanya dan menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah kepada anaknya. lalu menyuruh Patihnya untuk membuang Sahadewa ketengah hutan, Patihnya pun merasa iba kepada Sahadewa tetapi tiba-tiba saja patih tersebut juga kemasukan roh jahat dan secara beringas menyeret Sahadewa kedalam Hutan lalu mengikatnya didepan istana Sang Rangda.
Bagian 4
Turunlah Dewi Sita dan memberikan anugrah kepada Sahadewa berupa keabadian dan kejadian ini tanpa diketahui oleh Sang Rangda, kemudian datanglah Rangda untuk memakan Sahadewa, tetapi Sahadewa tidak dapat dibunuhnya berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya Rangda menyerah kepada Sahadewa dan memohon keselamatan agar bisa masuk sorga.
Bagian 5
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa untuk mohon keselamatan juga tetapi Sahadewa menolaknya, penolakan ini menimbulkan perkelahian diantara mereka, Kalika berubah wujud menjadi Babi Hutan namun Sahadewa mampu mengalahkan Babi Hutan tersebut, kemudian Kalika berubah wujud menjadi Burung raksasa namun lagi lagi Sahadewa mampu menandinginya, dan akhirnya Kalika berubah wujud menjadi Rangda yang sangat Sakti sehingga Sahadewa tidak mampu untuk mengalahkannya. Akhirnya Sahadewa berubah wujud menjadi Barong yang juga sangat sakti, terjadilah pertempuran hebat diantara mereka, karena sama sama sakti maka pertempuran antara Barong dan Rangda menjadi pertempuran yang abadi, pertempuran ini dijadikan simbol pertempuran antara Dharma melawan Adharma atau Kebenaran melawan Kejahatan.
b. Kajian Keilmuan terhadap Data Lapangan
1.
Menghitung tinggi suatu obyek
a. Garuda Wisnu Kencana
1) Kilas studi Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu
Kencana berlokasi di Bukit
Unggasan - Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal
Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya
dan menjadi ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia.
Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah
Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda.
Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda & Kerajaannya yang
berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan
ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang
dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua
hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini
merupakan simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung ini
terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan tinggi 75
meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya selesai, patung ini akan menjadi
patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty.
2) Kajian Keilmuan terhadap Data Lapangan
a)
Kajian keilmuan terhadap data lapangan pada
patung Wisnu
1. Data Pertama:
Diket :
Ditanya : tinggi patung Wisnu ?
Jawab :
2. Data Kedua
Diket :
Ditanya : tinggi
patung Wisnu ?
Jawab :
3. Data Ketiga:
Diket :
Ditanya : tinggi patung Wisnu ?
Jawab :
b). Kajian keilmuan terhadap data lapangan pada patung Garuda
|
|
1. Data Pertama
Diket :
Ditanya : tinggi
patung Garuda ?
Jawab :
2. Data Kedua:
Diket :
Ditanya : tinggi
parung Garuda ?
Jawab :
3. Data Ketiga:
Diket :
Ditanya : tinggi patung Garuda ?
Jawab :
b. Kebun Raya Eka Karya
|
|
1) Kajian Keilmuan terhadap Data Lapangan
1. Data Pertama
Diket :
Ditanya :
tinggi patung di Kebun Raya Bedugul
Jawab :
2. Data Kedua
Diket :
Ditanya : tinggi patung di Kebun Raya Bedugul
Jawab :
3. Data Ketiga :
Diket :
Ditanya : tinggi patung di Kebun Raya Bedugul
Jawab :
- Menghitung jarak antara dua buah obyek
|
|
a. Data pertama
Diket : - Jarak pengamat P dan Q = (PQ) = 5 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2800
- Pengamat
P melihat B dengan jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat
P melihat Q dengan jurusan tiga anggka 2130
- Pengamat Q melihat A dengan jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat Q melihat B dengan jurusan tiga anggka 2700
Dit : Jarak AB
Jawab :
Mencari panjang AQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 5 m
< APQ = 2800 - 2130 = 670
< AQP = < AQU + < UQP
= (3600 - 3000) + (2130 - 1800)
= 600 - 330
= 930
< APQ = 1800 – (670 + 930)
= 1800 - 1600
= 200
Sehingga :
Mencari panjang BQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 5 m
< BPQ = 2500 - 2130 = 370
< BQP = < BQU + < UQP
= (3600 - 2700) + (2130 - 1800)
= 900 - 330
= 1230
< BPQ = 1800 – (370 + 1230)
= 1800 - 1600
= 200
Sehingga :
Perhatikan ∆ ABQ
AQ = 13,5 dan BQ = 8,9
<AQB = Arah QA –
arah QB
= 3000 –
2700 = 300
Dengan meggunakan
aturan cosinus diperoleh
AB2 = AQ2
+ BQ2 – AQ.BQ cos <AQB
AB2 =
13,52 + 8,92 – 13,5 x 8,9 cos 300
AB = 12,5 m
b. Data kedua
- Jarak
pengamat P dan Q = (PQ) = 6 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2500
- Pengamat
P melihat B dengan jurusan tiga anggka 2100
- Pengamat
P melihat Q dengan jurusan tiga anggka 1900
- Pengamat
Q melihat A dengan jurusan tiga anggka 3000
- Pengamat
Q melihat B dengan jurusan tiga anggka 2400
Dit :
Jarak AB
Jawab :
Mencari panjang AQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 8 m
< APQ = 2500 - 1900 = 600
< AQP = < AQU + < UQP
= (3600 - 3000) + (1900 - 1800)
= 600 + 100
= 700
< PAQ= 1800 – (600 + 700)
= 1800 - 1300
= 500
Sehingga :
Mencari panjang BQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 8 m
< BPQ = 2100 - 1900 = 200
< BQP = < BQU + < UQP
= (3600 - 2400) + (1900 - 1800)
= 1200 + 100
= 1300
< BPQ = 1800 – (200 + 1300)
= 1800 - 1500
= 300
Sehingga :
Perhatikan ∆ ABQ
AQ = 9,04 dan BQ = 5,44
<AQB = Arah QA – arah QB
= 3000 – 2400
= 600
Dengan meggunakan aturan cosinus diperoleh
AB2 = AQ2 + BQ2 – AQ.BQ cos <AQB
AB2 = 9,042 + 5,442 – 9,04 x 5,44 cos 600
AB = 9,3 m
c. Data ketiga
- Jarak pengamat
P dan Q = (PQ) = 9 m
- Pengamat P melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2700
- Pengamat
P melihat B dengan jurusan tiga anggka 2300
- Pengamat
P melihat Q dengan jurusan tiga anggka 2100
- Pengamat
Q melihat A dengan jurusan tiga anggka 3200
- Pengamat
Q melihat B dengan jurusan tiga anggka 2600
Dit :
Jarak AB
Jawab :
Mencari panjang AQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 9 m
< APQ = 2700 - 2100 = 600
< AQP = < AQU + < UQP
= (3600 - 3200) + (2100 - 1800)
= 400 + 300
= 700
< APQ = 1800 – (600 + 700)
= 1800 - 1300
= 500
Sehingga :
Mencari panjang BQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 9 m
< BPQ = 2300 - 2100 = 200
< BQP = < BQU + < UQP
= (3600 - 2600) + (2100 - 1800)
= 1000 + 300
= 1300
< BPQ = 1800 – (20 0 + 1300)
= 1800 - 1500
= 300
Sehingga :
Perhatikan ∆ ABQ
AQ = 10,17 dan BQ
= 6,12
<AQB = Arah QA –
arah QB
= 3200 –
2600 = 600
Dengan meggunakan
aturan cosinus diperoleh
AB2 = AQ2
+ BQ2 – AQ.BQ cos <AQB
AB2 =
10,172 + 6,122 – 10,17 x 6,12 cos 600
AB = 10,33 m
3.
Menghitung luas dan volume suatu obyek
- kajian keilmuan terhadap data lapangan pada patung Wisnu
Diket : tinggi patung Wisnu
b. Diameter patung Wisnu
- Jarak pengamat P dan Q = (PQ) = 8 m
- Pengamat P melihat A dengan jurusan tiga
anggka 1900
- Pengamat P melihat B dengan jurusan tiga anggka 1600
- Pengamat P melihat Q dengan jurusan tiga anggka 1200
- Pengamat Q melihat A dengan
jurusan tiga anggka 2100
- Pengamat Q melihat B dengan jurusan tiga anggka 1850
Dit :
Jarak AB (lebar pundak)
Jawab :
|
Mencari panjang AQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 8 m
< APQ = 190 – 1200 = 700
< AQP = < AQU + < UQP
= (3600 - 2100) + (1800- 1200)
= 900
< APQ = 1800 – (900 + 700)
= 1800 - 1600
= 200
Sehingga :
Mencari panjang BQ :
Lihat ∆ PQA, PQ = 8 m
< BPQ = 1800 - 1200 = 400
< BQP = < BQU + < UQP
= (3600 - 1850) + (1800 - 1200)
= 1750 - 600
= 1150
< BPQ = 1800 – (1150 + 400)
= 1800 - 1550
= 250
Sehingga :
Perhatikan ∆ ABQ
AQ = 22,12 dan BQ = 12,15
<AQB = Arah QA –
arah QB
= 210 - 185 = 250
Dengan meggunakan
aturan cosinus diperoleh
AB2 = AQ2
+ BQ2 – AQ.BQ cos <AQB
AB2 = 22,122 + 12,152
– 22,12 x 12,15 cos 250
AB = 19,90 m
Dari data di atas diketahui tinggi patung
wisnu = 21,683 dan berdiameter = 19,90 m (r = 9,95 m)
Luas alas patung = π r²
= 3,14 × (99,95)²
= 310,87 m²
Volume patung = luas alas × t
= 310,87 ×
21,683
= 6.740,59 m³
4. Menerapkan Statistika
|
|
a.
Data yang diperoleh di lapangan
Tabel wawancara
Wisatawan
|
Waktu
|
1
|
90 menit
|
2
|
200 menit
|
3
|
100 menit
|
4
|
230 menit
|
5
|
200 menit
|
6
|
15 menit
|
7
|
200 menit
|
8
|
15 menit
|
9
|
210 menit
|
10
|
210 menit
|
11
|
50 menit
|
12
|
120 menit
|
13
|
90 menit
|
Wisatawan
|
Waktu
|
|
14
|
230 menit
|
|
15
|
5 menit
|
|
16
|
5 menit
|
|
17
|
200 menit
|
|
18
|
200 menit
|
|
19
|
200 menit
|
|
20
|
200 menit
|
|
21
|
200 menit
|
|
22
|
30 menit
|
|
23
|
30 menit
|
|
24
|
230 menit
|
|
25
|
230 menit
|
|
b. Kajian keilmuan terhadap data di lapangan
Untuk Uji Rerata dari data tersebut maka harus
dilakukan beberapa langkah, adapun langkah – langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis (dan ) dalam
uraian kalimat
= rata – rata seorang wisatawan berada di
Pantai Kuta lebih dari 200 menit.
= rata – rata seorang wisatawan berada di
Pantai Kuta kurang dari atau sama dengan 200 menit.
2. Hipotesis
(dan ) model
statistik
=
=
3. Menghitung standar deviasi (s) dan rata –
rata (),dengan
rumus :
=166,47
=139,6
4. Menghitung dengan rumus :
= -9,01
5. Menentukan taraf signifikan kemudian dicari dengan ketentuan : db = n – 1; db = 25 – 1 =
24, sehingga didapatkan = 1,711
6. menentukan kriteria penguji
Jika - maka ditolak dan
diterima
7. Membandingkan antara dengan
Ternyata -1,711 > -9,01
maka diterima dan
ditolak
8. Kesimpulan
= rata – rata seorang wisatawan berada di
Pantai Kuta lebih dari 200 menit diterima dan = rata – rata seorang wisatawan berada di
Pantai Kuta kurang dari atau sama dengan 200 menit ditolak
5.
Menerapkan nilai budaya dalam Pembelajaran Matematika
|
|
Tari Barong adalah Tari Bali yang muncul
sekitar tahun 1930 an dan sangat di sakralkan. Namun seiring dengan perkembangan pariwisata,
akhirnya tarian ini sering dipentaskan demi kepentingan pariwisata. Tari Barong
menggambarkan pertarungan antara Kebajikan melawan Kebatilan. Barong adalah
binatang purbakala yang melukiskan kebajikan dan Rangda adalah binatang purbakala
mahasakti yang melambangkankebatilan.
Pembukaan
Barong dan Kera sedang berada didalam hutan yang lagi asyik bercanda, tiba tiba datang tiga orang bertopeng yang sedang mencari harimau pemakan salah satu anak mereka. orang-orang itu sangat marah ketika melihat Barong (harimau) itu, dan terjadilah perkelahian antara orang itu dengan Barong, akhirnya orang orang itu pergi ketika melihat salah satu temannya digigit hidungnya oleh Kera.
Bagian 1
Dua orang penari muncul, mereka adalah pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.
Bagian 2
Para pengikut Dewi Kunti datang,dan tanpa diketahui salah seorang dari pengikut rangda berubah wujud lalu merasuki roh dari salah satu pengikut Dewi Kunti sehingga menyebabkan mereka menjadi marah, keduanya menemui patih dan bersama sama menemui dewi Kunti.
Bagian 3
Munculah Dewi Kunti bersama anaknya bernama Sahadewa,Dewi Kunti berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal, sebetulnya Dewi Kunti tidak tega mengorbankan anaknya tetapi Rangda telah memasukan roh jahat kepadanya dan menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah kepada anaknya. lalu menyuruh Patihnya untuk membuang Sahadewa ketengah hutan, Patihnya pun merasa iba kepada Sahadewa tetapi tiba-tiba saja patih tersebut juga kemasukan roh jahat dan secara beringas menyeret Sahadewa kedalam Hutan lalu mengikatnya didepan istana Sang Rangda.
Bagian 4
Turunlah Dewi Sita dan memberikan anugrah kepada Sahadewa berupa keabadian dan kejadian ini tanpa diketahui oleh Sang Rangda, kemudian datanglah Rangda untuk memakan Sahadewa, tetapi Sahadewa tidak dapat dibunuhnya berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya Rangda menyerah kepada Sahadewa dan memohon keselamatan agar bisa masuk sorga.
Bagian 5
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa untuk mohon keselamatan juga tetapi Sahadewa menolaknya, penolakan ini menimbulkan perkelahian diantara mereka, Kalika berubah wujud menjadi Babi Hutan namun Sahadewa mampu mengalahkan Babi Hutan tersebut, kemudian Kalika berubah wujud menjadi Burung raksasa namun lagi lagi Sahadewa mampu menandinginya, dan akhirnya Kalika berubah wujud menjadi Rangda yang sangat Sakti sehingga Sahadewa tidak mampu untuk mengalahkannya. Akhirnya Sahadewa berubah wujud menjadi Barong yang juga sangat sakti, terjadilah pertempuran hebat diantara mereka, karena sama sama sakti maka pertempuran antara Barong dan Rangda menjadi pertempuran yang abadi, pertempuran ini dijadikan simbol pertempuran antara Dharma melawan Adharma atau Kebenaran melawan Kejahatan.
Pembukaan
Barong dan Kera sedang berada didalam hutan yang lagi asyik bercanda, tiba tiba datang tiga orang bertopeng yang sedang mencari harimau pemakan salah satu anak mereka. orang-orang itu sangat marah ketika melihat Barong (harimau) itu, dan terjadilah perkelahian antara orang itu dengan Barong, akhirnya orang orang itu pergi ketika melihat salah satu temannya digigit hidungnya oleh Kera.
Bagian 1
Dua orang penari muncul, mereka adalah pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.
Bagian 2
Para pengikut Dewi Kunti datang,dan tanpa diketahui salah seorang dari pengikut rangda berubah wujud lalu merasuki roh dari salah satu pengikut Dewi Kunti sehingga menyebabkan mereka menjadi marah, keduanya menemui patih dan bersama sama menemui dewi Kunti.
Bagian 3
Munculah Dewi Kunti bersama anaknya bernama Sahadewa,Dewi Kunti berjanji kepada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai tumbal, sebetulnya Dewi Kunti tidak tega mengorbankan anaknya tetapi Rangda telah memasukan roh jahat kepadanya dan menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah kepada anaknya. lalu menyuruh Patihnya untuk membuang Sahadewa ketengah hutan, Patihnya pun merasa iba kepada Sahadewa tetapi tiba-tiba saja patih tersebut juga kemasukan roh jahat dan secara beringas menyeret Sahadewa kedalam Hutan lalu mengikatnya didepan istana Sang Rangda.
Bagian 4
Turunlah Dewi Sita dan memberikan anugrah kepada Sahadewa berupa keabadian dan kejadian ini tanpa diketahui oleh Sang Rangda, kemudian datanglah Rangda untuk memakan Sahadewa, tetapi Sahadewa tidak dapat dibunuhnya berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya Rangda menyerah kepada Sahadewa dan memohon keselamatan agar bisa masuk sorga.
Bagian 5
Kalika salah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa untuk mohon keselamatan juga tetapi Sahadewa menolaknya, penolakan ini menimbulkan perkelahian diantara mereka, Kalika berubah wujud menjadi Babi Hutan namun Sahadewa mampu mengalahkan Babi Hutan tersebut, kemudian Kalika berubah wujud menjadi Burung raksasa namun lagi lagi Sahadewa mampu menandinginya, dan akhirnya Kalika berubah wujud menjadi Rangda yang sangat Sakti sehingga Sahadewa tidak mampu untuk mengalahkannya. Akhirnya Sahadewa berubah wujud menjadi Barong yang juga sangat sakti, terjadilah pertempuran hebat diantara mereka, karena sama sama sakti maka pertempuran antara Barong dan Rangda menjadi pertempuran yang abadi, pertempuran ini dijadikan simbol pertempuran antara Dharma melawan Adharma atau Kebenaran melawan Kejahatan.
Dari sederet cerita
diatas didapatkan sebuah jalan cerita yang berhubungan dengan pembelajaran
matematika yaitu di bagian “Kalika berubah wujud menjadi Babi Hutan namun
Sahadewa mampu mengalahkan Babi Hutan tersebut, kemudian Kalika berubah wujud
menjadi Burung raksasa namun lagi lagi Sahadewa mampu menandinginya, dan
akhirnya Kalika berubah wujud menjadi Rangda yang sangat Sakti sehingga
Sahadewa tidak mampu untuk mengalahkan” dari itu disimpulkan perubahan menjadi
lebih tinggi, dan masuk pelajaran aljabar
c. Pembahasan
Pada kajian data terhadap data
lapangan terdapat perbedaan hasil penghitungan baik dalam menghitung tinggi suatu obyek maupun menentukan
jarak antara dua obyek. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
diantaranya adalah praktikan yang kurang teliti dan banyaknya praktikan yang
melakukan percobaan sehingga menghasilkan sudut elevasi yang bervariasi. Selain
itu banyaknya para wisatawan yang berkunjung sehingga membuat praktikan kurang
konsentrasi dalam menentukan sudut elevasinya.
c.
Metode, Teori dan Model Pembelajaran yang
Relevan
TUGAS 1 :
Menghitung Tinggi suatu Objek
1.
Metode Pembelajaran : Kegiatan
lapangan, Pemecahan masalah
2. Teori Pembelajaran : Ausebel, Skinner, Bruner
3. Model Pembelajaran : Cooperatif Learning
TUGAS 2 :
Menghitung Jarak antara Dua Objek
1.
Metode Pembelajaran : Kegiatan
lapangan, Diskusi
2.
Teori Pembelajaran : Ausebel, Thorndike, Bruner
3.
Model Pembelajaran : CTL
(Contekstual Teaching Learning)
TUGAS 3 :
Menghitung Luas dan Volume suatu Objek
- Metode Pembelajaran : Kegiatan lapangan, Eksppositori
- Teori Pembelajaran : Ausebel, skinnner, Bruner
3. Model Pembelajaran : STAD
TUGAS 4 : Menerapkan Statistika
1.
Metode Pembelajaran : Kegiatan lapangan,
Ekspositori, Diskusi
2.
Teori Pembelajaran :
Ausubel, Thorndike, Gagne, Skiner,
3.
Model Pembelajaran :
Outdoor Learning
TUGAS 5 :
Menerapkan Nilai Budaya dalam Pemelajaran Matematika
- Metode Pembelajaran : Kegiatan lapangan, Observasi
- Teori Pembelajaran : Ausebel, Gagne
3. Model Pembelajaran : STAD
1.
Metode Pembelajaran
a.
Kegiatan
Lapangan
Metode kegiatan lapangan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan diluar kelas dan dilakukan secara berkelompok. Guru hanya memberi tugas, siswa merancang
sendiri, melakukan sendiri dan membuat laporan tertulis. Kegiatan lapangan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari, seperti kegiatan yang berkaitan
dengan statistik dan menghitung tinggi suatu benda.
b.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan-masalah merupakan bagian dari
kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran
maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik
penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
menggeneralisasian, komunikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan
secara lebih baik. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika belum dijadikan
sebagai kegiatan utama. Pemecahan-pemecahan matematika merupakan salah satu
kegiatan matematik yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di
semua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar sampai SMU. Akan tetapi, hal tersebut
masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi
siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
c.
Observasi
Menurut
Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam
penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya
wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang
akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama
wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut
Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting
yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang
terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut
Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering
dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan
demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih
baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk
bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan
mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat
hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh
data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek
penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti
merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada
giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
d.
Metode
Ekspositori
Metode ekspositori merupakan suatu cara untuk
menyampaikan ide atau gagasan atau memberikan informasi kepada orang lain.
Metode ini hampir sama dengan metode ceramah, tetapi dominasi guru sedikit
berkurang karena guru tidak terus menerus menyampaikan materi dan peserta didik
lebih aktif yaitu tidak hanya mendengarkan materi dari guru melainkan juga
membuat catatan atau mengerjakan soal. Selain itu jika ada siswa yang belum
mengerti tentang penjelasan dari guru maka siswa diharuskan untuk bertanya
kepada teman yang dianggap mampu atau bertanya langsung kepada guru.
Guru juga bisa mengecek pekerjaan
siswa secara individu maupun secara klasikal, seperti dengan meminta salah satu
siswa untuk mengerjakan dipapan tulis.
e. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa – siswa
dihadapakan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematika untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Di dalam
diskusi ini proses belajar mengajar dapat terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman atau informasi sehingga semuanya
aktif dan tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
2.
Teori Belajar
a.
Teori Belajar Ausubel
D.P. Ausubel mengemukakan bahwa
belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga
peserta didik mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Adanya struktur kognitif didalam mental peserta didik yang
merupakan dasar unsur mengaitkan datangnya iformasi yang baru. Banyaknya
pengetahuan yang dapat dipelajari tergantung kepada apa yang sudah
diketahui.
b. Teori
Belajar Skinner
Burhus Frederic Skinner menyatakan
bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses
belajar.
Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon
yang sifatnya menggembirakandan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif,
sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal – hal yang sifatnya
dapat diamati dan diukur.
Dalam teorinya Skinner
menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan negatif. Penguatan dapat
dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan
meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam
hal ini penguatan yang diberikan pada anak memperkuat tindakan anak, sehingga
anak semakin sering melakukannya.
Skinner menambahkan bahwa jika
respon siswa baik (menunjang efektifitas pencapaian tujuan) harus segera diberi
penguata positif agar respon tersebut lebih baik lagi atau minimal perbuatan
baik itu dipertahankan. Misalkan dengan mengatakan ”bagus pertahankan
prestasimu” untuk siswa yang mendapat nilai tes yang memuaskan. Sebaliknya jika
respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan
pengajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak
diulangi lagi dan berbah menjadi respon yang sifatnya positif. Penguatan
negatif ini bisa berupa teguran, peringatan atau sangsi (hukuman edukatif)
c. Teori Belajar Bruner
Jerome Brunner berpendapat bahwa belajar matematika
ialah belajar tentang konsep – konsep dan struktur – struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan – hubungan
antara konsep dan struktur – struktur
matematika itu.
d. Teori Belajar Thorndike
Teori ini dikemukakan oleh Edward L. Thorndike. Teori ini disebut
“Koneksionisma”. Menurut teori ini, dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara
stimulus dan respon. Terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini menurut
Thorndike menurut tiga hukum – hukum berikut:
a.
Hukum kesiapan (Law of
Readiness)
Hukum ini
menjelaskan kesiapan individu untuk melakukan sesuatu. Interpretasi dari hukum
kesiapan ini adalah bahwa belajar akan berhasil bila peserta didik telah siap
untuk belajar.
b.
Hukum latihan
Hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila
stimulus diberikan maka akan terjadi respon. Dengan latihan, asosiasi antara
stimulus dan responmenjadi otomatis.
Hukum ini berarti,makin sering suatu konsep matematika diulangi maka makin
dikuasailah konsep matematika tersebut.
c.
Hukum akibat (Law of Effect)
Hukum ini mengenai pengaruh ganjaran dan
hukuman.Ganjaran, misalnya nilai baik hasil suatu pekerjaan matamatika. Hal ini
menyebabkan peserta didik ingi terus melakukan kegiatan yang serupa, sedangkan
hukuman, misalnya nilai jelek terhadap pekerjaan matematika. Hal ini
menyebabkan peserta didik mungkin mogok untuk mengerjakan matematika.
Belajar menurut
teori belajar Thorondike merupakan proses yang mekanis dan mengajar memegang
peranan utama di dalam proses belajar peserta didik. Pengajar melatih peserta didik dan menentukan apa
yang harus dipelajari peserta didik. Pandangan ini menunjukkan dengan adanya
hubungan yang kuat antara stimulus dan respon, pelajaran dapat diingat dengan
kuat oleh siswa.
e.
Teori Belajar Gagne
Menurut
Gagne, dalam belajar matematika ada dua obyek yang dapat diperoleh siswa yaitu
obyek tak langsung yang berupa kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana mestinya. Selain itu
ada obyek langsung antara lain berupa fakta keterampilan, konsep dan prinsip.
Robert
Gagne memberikan kontribusi banyak kepada teori dan penelitian dalam bidang
analisis tugas. Ia menganut delapan tipe belajar didalam suatu hierarki
hubungan yang didasarkan kepada pandangan bahwa tahap belajar yang lebih tinggi
berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah. Adapun delapan tipe belajar menurut Gagne yaitu :
1) Belajar sinyal (signal learning)
Belajar
dengan sinyal adalah belajar tanpa kesengajaan yang dihasilkan dari sejumlah
stimulus yang akan menimbulkan suatu respon di dalam individu yang
bersangkutan.
2)
Belajar S-R (S- R learning)
Belajar jenis ini adalah belajar
untuk merespon suatu sinyal namun belajar ini berbeda dalam dua hal dengan
belajar
3) Belajar merangkai tingkah laku
Jenis
belajar ini menunjukkan adanya dua atau lebih stimulus dan respon yang
digabungkan bersama. Semua stimulus dan respon itu dirangkai berurutan
sedemikian hingga stimulus dan respon yang satu menjadi stimulus dan respon
yang telah dimiliki terhadap stimulus dan respon yang lain.
4) Belajar asosiasi verbal(verbal chaining)
Belajar jenis ini terjadi pada waktu
memberi nama suatu benda.
5) Belajar diskriminasi (diskrimination learning)
Belajar jenis
ini adalah untuk membedakan hubungan antara stimulus dan respon agar dapat
memahami bermacam – macam obyek fisik dan konsep. Melalui simbol dalam merespon
lingkungannya peserta didik memerlukan keterampilan – keterampilan sederhana
untuk membedakan satu simbol dengan simbol yang lain.
6) Belajar konsep
Belajar
jenis ini adalah belajar memahami kebersamaan sifat – sifat dari benda – benda
kongkrit. Dengan demikian peserta didik memperoleh suatu kecakapan dengan
membuat suatu respon yang sama menjadi satu jenis stimulus yang boleh jadi
sangat berbeda di dalam penampilan fisiknya.
7) Belajar aturan (rule learning)
Keterampilan
intelektual yang lebih rumit dari pada belajar diskriminasi dan belajar konsep adalah
belajar aturan. Aturan didasarkan pada konsep – konsep yang telah dipelajari.
Belajar aturan adakah belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Kita
katakan bahwa seseorang telah belajar aturan, bila seseorang itu mengikuti
aturan itu dalam tingkah lakunya.
8) Belajar memecahkan masalah
Di tipe
belajar memecahkan masalah peserta didik berusaha menyeleksi dan menggunakan
aturan – aturan yang telah dipelajari untuk membuat formulasi penyelesaian
masalah.
Selain delapan tipe
belajar, dalam teori belajar Gagne juga terdapat delapan unsur yang terkandung
dalam teori belajar ini, yaitu: motivasi, pengenalan, perolehan, penyimpanan,
pemanggilan, generalisasi, penamppilan, dan umpan balilk
3.Model Pembelajaran
a.
Out doorlearning
Out-doorlearning
adalah pembelajaran yang dirancang untuk memunculkan kegembiraan dan keinginan
siswa untuk bereksplorasi terhadap lingkungannya. Untuk mencapai proses ini,
guru harus memilikigaya belajar yang menantang siswa dan menaik, sehingga
pengelolaan pembelajaran benar-benar menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi
siswa Out-door learning mengasah aktivitas fisik dan social anak. Di mana anak
akan lebih banyak melakukan kegiatan – kegiatan yang secara tidak langsung
melibatkan kerja sama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktifitas ini akan memunculkan
proses komunikasi, pemecahan masalah, kreatifitas, pengambilan keputusan,
saling memahami, dan menghargai perbedaan.
Elemen-elemen penting yang perlu
diperhatikan dalam Out-door learning yaitu:
1. Alam terbuka sebagai sarana kelas.
2. Berkunjung ke obyek langsung.
b.
Cooperatif Lerning
Model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial
dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Model pembelajaran kooperatif memiliki
ciri-ciri:
1) untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.
2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang
terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula.
4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja
kelompok dari pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif,
dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan
tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk
itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.
Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan
hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang
kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan
yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan
suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari
pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Ibrahim, dkk.
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil
belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang
signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran
kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara
aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan
siswa terhadap materi pembelajaran.
Menurut Ibrahim, unsur-unsur
dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) siswa dalam kelompok haruslah
beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) siswa bertanggung
jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5)
siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya,
dan 7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
c. Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya.
Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya.
Pertama, CTL menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
A. Ketiga, CTL mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak
dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan
nyata.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. (2005:110), sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilakusiswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan ataupenyempurnaanstrategi.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. (2005:110), sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilakusiswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan ataupenyempurnaanstrategi.
d.
Student Team Achievement Divisions (STAD)
a. Student Team Achievement
Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa
dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh
saling membantu.
d.
Skenario Pembelajaran Berdasarkan Data
Lapangan
1.
Tugas 1 : Menghitung Tinggi Suatu Obyek
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Materi pokok : Trigonometri
Kelas / Semester : XI / I
Pertemuan ke : 1
I.
Standar
Kompetensi
Menurunkan rumus trigonometri dan
penggunaannya
II. Kompetensi Dasar
Menggunakan rumus sinus dan cosinus
jumlah dua sudut, selisih dua sudut dan sudut ganda untuk mangjitung sinus dan
cosinus sudut tertentu
III.
Indikator
Menggunakan pengertian sinus, cosinus dan tangens dalam menentukan
tinggi suatu benda.
IV.
Pembelajaran
1. Tujuan
Pembelajaran
Siswa dapat Menggunakan
pengertian sinus, cosinus dan tangens
dalam menentukan tinggi suatu benda.
2. Metode
Pembelajaran
Kegiatan lapangan dan pemecahan
masalah
3. Model
Pembelajaran
Cooperatif Learning
4. Skenario Pembelajaran
4.1.Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengontrol kehadiran siswa.
c. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari,
sub materi, kompetensi dasar, indikator.
d. Guru melakukan apersepsi yaitu membantu siswa
untuk mengingat kembali tentang pengertian sinus, cosinus dan tangens.
4.2.Kegiatan Inti (70 menit)
a. Guru mengajak siswa – siswa menuju lokasi
pembelajaran.
b. Guru menjelaskan cara kerja kelompok dan
memberikan bimbingan pengerjaan kartu soal
c. Guru bersama siswa melakukan fase – fase metode
pembelajaran Cooperatif Learning.Adapun fase – fasenya sebagai berikut:
Fase 1 :
Pembentukan kelompok – kelompok yang heterogen sebanyak enam kelompok
Fase
2 : Siswa
bekerja sama dalam kelompoknya untuk mencari data di lapangan.
Fase 3 : Setelah mendapatkan
data, siswa dalam satu kelompok bersama – sama menganalisis data untuk mencari
tinggi gedung sekolah.
Fase 4 : Guru bersama siswa kembali ke dalam kelas.
Fase 5 : Guru memberi kesempatan
kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
Fase 6 : Selanjutnya guru
memberikan quiz yang harus dikerjakan secara individu.
4.3.Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
b. Dengan bimbingn guru, siswa diminta menyimpulkan
hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan tugas di rumah berupa mengerjakan
soal – soal yang berkaitan dengan trigonometri.
5. Sumber Belajar
5.1. Buku paket / modul matematika SMA kelas X I Semester 1 (Erlangga, Sartono Wirodikromo, 2004)
5.2. Buku referensi lain yang relevan dengan materi statistika.
5.3. Internet
6.
Penilaian
6.1. Jenis Tagihan :
Tes Individu
6.2. Teknik :
Quiz
6.3.Instrumen :
Uraian
2.
Tugas 2 : Menghitung Jarak antara Dua Obyek
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Materi pokok : Trigonometri
Kelas / Semester : XI / I
Pertemuan ke : 3
I.
Standar
Kompetensi
Menurunkan rumus trigonometri dan
penggunaannya
II.
Kompetensi
Dasar
Menggunakan rumus sinus dan cosinus
jumlah dua sudut, selisih dua sudut dan sudut ganda untuk mangjitung sinus dan
cosinus sudut tertentu
III. Indikator
Menggunakan sinus dan cosinus untuk menyelesaiakan
permasalahan dalam kehidupan sehari – hari..
IV. Pembelajaran
1.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menggunakan sinus dan cosinus untuk menyelesaiakan
permasalahan dalam kehidupan sehari – hari.
2.
Metode Pembelajaran
Kegiatan lapangan dan diskusi
3.
Model Pembelajaran
STAD
4.
Skenario
Pembelajaran
4.1.Kegiatan Awal
(5 menit)
a. Guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengontrol kehadiran siswa.
c. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, sub materi,
kompetensi dasar, indikator.
d. Guru melakukan apersepsi yaitu membantu siswa untuk mengingat kembali
tentang pengertian sinus, cosinus dan tangens.
4.2. Kegiatan Inti (70 menit)
a. Guru mengajak siswa – siswa menuju lokasi
pembelajaran.
b. Guru menjelaskan cara kerja kelompok dan
memberikan bimbingan pengerjaan kartu soal
c. Guru bersama siswa melakukan fase – fase metode
pembelajaran Cooperatif Learning.Adapun fase – fasenya sebagai berikut:
Fase 1 : Pembentukan kelompok –
kelompok yang heterogen sebanyak
enam kelompok
Fase 2 : Siswa bekerja sama dalam
kelompoknya untuk mencari data di lapangan.
Fase 3 : Setelah mendapatkan data,
siswa dalam satu kelompok bersama – sama menganalisis data untuk mencari jarak
antara dua obyek.
Fase 4 : Guru bersama siswa kembali ke dalam kelas.
Fase 5 : Guru memberi kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.
Fase 6 : Selanjutnya guru memberikan quiz yang harus dikerjakan secara
individu.
4.3. Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
b. Dengan bimbingn guru, siswa diminta menyimpulkan
hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan tugas di rumah berupa mengerjakan
soal – soal yang berkaitan dengan trigonometri.
5.
Sumber
Belajar
5.1. Buku paket /
modul matematika SMA kelas X I Semester 1 (Erlangga, Sartono Wirodikromo, 2004)
5.2. Buku
referensi lain yang relevan dengan materi statistika.
5.4. Internet
6.
Penilaian
6.1. Jenis Tagihan : Tes Individu
6.2. Teknik : Quiz
6.3.Instrumen : Uraian
3.
Tugas 3 : Menghitung Luas dan Volume suatu Obyek
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Materi pokok : Bangun Ruang
Kelas / Semester : X / II
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 45 menit
I.
Standar
Kompetensi
Menggunakan rumus
bangun Ruang untuk memecahkan masalah.
II.
Kompetensi
Dasar
Menghitung Volume
bangun ruang.
III. Indikator
Siswa mampu
menghitung volume bangun ruang.
IV. Materi Pembelajaran
Bangun ruang
V.
Pembelajaran
1.
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menghitung volume bangun
ruang.
2.
Metode Pembelajaran
Kegiatan lapangan
3.
Model Pembelajaran
STAD
4.
Skenario
Pembelajaran
4.1.Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengontrol kehadiran siswa.
c. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari,
sub materi, kompetensi dasar, indikator.
d. Guru memotivasi siswa dengan memberi contoh
aplikasi bangun ruang dalam kehidupan sehari – hari.
4.2. Kegiatan Inti (70 menit)
a. Guru mengajak siswa – siswa menuju lokasi
pembelajaran.
b. Guru menjelaskan cara kerja kelompok dan
memberikan bimbingan pengerjaan kartu soal
c. Guru bersama siswa melakukan fase – fase Inovasi
pembelajaran STAD adapun fase – fasenya sebagai berikut:
Fase 1 : Pembentukan kelompok –
kelompok yang heterogen sebanyak
enam kelompok
Fase 2 : Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mencari data di
lapangan.
Fase 3 : Setelah mendapatkan data, siswa dalam satu kekompok bersama – sama
menghitung volume dari data yang didapatkan.
Fase 4 : Guru bersama siswa kembali ke dalam kelas.
Fase 5 : Guru memberi kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Fase 6 : Selanjutnya guru memberikan
quiz yang harus dikerjakan secara individu.
4.3. Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
b. Dengan bimbingn guru, siswa diminta menyimpulkan
hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan tugas di rumah berupa mengerjakan
soal – soal yang berkaitan dengan statistika.
5.
Sumber
Belajar
5.1. Buku paket /
modul matematika SMA kelas X Semester II
(Erlangga, Sartono
Wirodikromo, 2004)
5.2. Buku referensi lain yang relevan
dengan materi Bangun ruang
5.4. Internet
6.
Penilaian
6.1. Jenis Tagihan : Tes Individu
6.2. Teknik : Quiz
6.3.Instrumen : Uraian
4.
Tugas 4 : Menerapkan Statistika
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Materi pokok : Statistika
Kelas / Semester : XI / I
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 45 menit
I.
Standar
Kompetensi
Menggunakan aturan
statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara: memberi
tafsiran, menyusun, dan menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan
dan menggunakan aturan peluang dalam menentukan dan menafsirpeluang kejadian
majemuk..
II.
Kompetensi
Dasar
Menghitung ukuran
pemusatan. ukuran letak, dan ukuran penyebaran data beserta penafsirannya.
III. Indikator
Menentukan ukuran
pemusatan data: rataan, median dan modus.
IV.
Materi
Pembelajaran
Statistika
V. Pembelajaran
1.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan ukuran
pemusatan data: rataan, median dan modus.
2.
Metode Pembelajaran
Kegiatan lapangan
3.
Model Pembelajaran
Inovasi pembelajaran Outdoor Learning
4.
Skenario
Pembelajaran
4.1.Kegiatan Awal (5 menit)
e. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
f. Guru mengontrol kehadiran siswa.
g. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari,
sub materi, kompetensi dasar, indikator.
h. Guru melakukan apersepsi yaitu membantu siswa
untuk mengingat kembali tentang pengertian rataan, median dan modus.
i. Guru memotivasi siswa dengan memberi contoh
aplikasi statistika dalam kehidupan sehari – hari.
4.2. Kegiatan Inti (70 menit)
d. Guru mengajak siswa – siswa menuju lokasi
pembelajaran.
e. Guru menjelaskan cara kerja kelompok dan
memberikan bimbingan pengerjaan kartu soal
f. Guru bersama siswa melakukan fase – fase Inovasi
pembelajaran Outdoor Learning.Adapun fase – fasenya sebagai berikut:
Fase 1 : Pembentukan kelompok –
kelompok yang heterogen sebanyak
enam kelompok
Fase 2 : Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mencari data di
lapangan.
Fase 3 : Setelah mendapatkan data, siswa dalam satu kekompok bersama – sama
menghitung rataan, median dan modus dari data yang didapatkan.
Fase 4 : Guru bersama siswa kembali ke dalam kelas.
Fase 5 : Guru memberi kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Fase 6 : Selanjutnya guru memberikan
quiz yang harus dikerjakan secara individu.
4.3. Kegiatan Akhir (15 menit)
d. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
e. Dengan bimbingn guru, siswa diminta menyimpulkan
hasil pembelajaran.
f. Guru memberikan tugas di rumah berupa mengerjakan
soal – soal yang berkaitan dengan statistika.
5.
Sumber
Belajar
5.1. Buku paket /
modul matematika SMA kelas X I Semester 1 (Erlangga, Sartono Wirodikromo, 2004)
5.2. Buku referensi lain yang relevan
dengan materi statistika.
5.4. Internet
6.
Penilaian
6.1. Jenis Tagihan : Tes Individu
6.2. Teknik : Quiz
6.3.Instrumen : Uraian
5.
Tugas 5 : Menerapkan Nilai Budaya dalam
Pembelajaran Matematika
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SMA
Mata
Pelajaran : Matematika
Materi
pokok : Sistem Persamaan
Linier dan Kuadrat
Sub
Materi pokok : Sistem Persamaan Linier dengan Tiga Variabel
Kelas
/ Semester : X / II
Pertemuan ke : 2
I.
Standar
Kompetensi
Menggunakan operasi
dan sifat manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bentuk pangkat, akar, dan logaritma, persamaan kuadrat dan fungsi
kuadrat;sistem persamaaan linier- kuadrat; pertidaksamaan satu variabel; logika
matematika.
II.Kompetensi Dasar
Malakukan manipulasi
aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan sistem persamaan.
III. Indikator
Menentukan
penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel.
IV. Materi Pembelajaran
Sistem persamaan
linier tiga variabel.
V. Pembelajaran
1.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem
persamaan linier tiga variabel.
2.
Metode Pembelajaran
Kombinasi ceramah,
tanya jawab dan diskusi.
3.
Model Pembelajaran
Inovasi pembelajaran Cooperative
Learning tipe STAD Satu Tinggal Tiga Tamu
4.
Strategi
Pembelajar
4.1.Kegiatan Awal (5 menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru mengontrol kehadiran siswa.
c. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari,
sub materi, kompetensi dasar, indikator dan model pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah.
d. Guru melakukan apersepsi yaitu membantu siswa
untuk mengingat kembali tentang cara penyelesaiaan sistem persamaan linier tiga
variabel dengan metode tanya jawab.
e. Guru memotivasi siswa dengan memberi contoh
penyelesaiaan sistem persamaan linier tiga variabeldalam kehidupan sehari –
hari.
4.2. Kegiatan Inti
(70 menit)
a. Guru menjelaskan cara kerja kelompok dan
memberikan bimbingan pengerjaan kartu soal
b. Guru bersama siswa melakukan fase – fase Inovasi
pembelajaran Cooperative Learning tipe
STAD Satu Tinggal Tiga Tamu.Adapun fase – fasenya sebagai berikut:
Fase
1 : Pembentukan kelompok – kelompok yang heterogen sebanyak empat kelompok dan
masing – masing kelompok beranggotakan empat siswa.
Fase
2 : Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mengerjakan kartu soal.
Fase
3 : Setelah selesai, tiga siswa dari
masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing
bertamu ke tiga kelompok yang lain.
Fase 4 : Satu siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi hasil
kerja dan informasi kelompoknya kepada tamu mereka.
Fase
5 : Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
informasi yang mereka dapatkan dari kelompok lain.
Fase 6 : Guru memberi kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Fase
7 : Siswa kembali ketempat duduknya masing – masing, selanjutnya guru
memberikan quiz yang harus dikerjakan secara individu.
4.3. Kegiatan Akhir
(15 menit)
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
b. Dengan bimbingn guru, siswa diminta menyimpulkan
hasil pembelajaran.
c. Guru memberikan tugas di rumah berupa mengerjakan
soal – soal yang berkaitan dengan persamaan linier tiga variabel yang ada di
internet.
5.
Sumber
Belajar
5.1. Buku paket /
modul matematika SMA kelas X Semester 2
5.2. Buku
referensi lain yang relevan dengan materi Sistem persamaan linier tiga variabel
5.4. Internet
6.
Penilaian
6.1. Jenis Tagihan : Tes Individu
6.2. Teknik : Quiz
6.3.Instrumen : Uraian
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat kami simpulkan :
1) Bali merupakan suatu objek wisata di
Indonesia yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan , baik dari wisatawan
lokal dan domestik.
2) Dari perhitungan yang kami lakukan
terhadap patung GWK diperoleh 26,66 m.
3) Dari beberapa kegiatan di objek wisata
yang dikunjungi di Bali selain untuk bersenang-senang juga bermanfaat untuk
pembelajaran matematika yang antara lain menghitung tinggi suatu bangunan,
menghitung luas daerah dan lain-lain.
B.
SARAN
Berdasarakan pada pembahasan diatas, Penulis memberikan
beberapa Saran, yakni sebagai berikut:
·
Pada saat pelaksanaan Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) hendaknya Alat
dan Bahan nya dipersiapkan secara maksimal dan lengkap agar pada saat
pengambilan data tidak terjadi kesalahan yang fatal
·
Mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II), hendaknya
harus lebih bersungguh-sungguh dan tidak hanya menganggap Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika 2 (KIPMATH II) sebagai
Liburan dan Pikinik saja.
·
Mahasiswa harus selalu
bekerjasama dalam tim agar mendapatkan hasil yang Optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Wirodikromo,Sartono.
2004. Matematika Untuk SMA Kelas XI
Semester I. Jakarta: Erlangga.
·
fisik@net - http://www.fisikanet.lipi.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar